Tuesday, November 16, 2010

Inception (Your Mind is the Scene of the Crime)

Sudahkah kalian menyaksikan film garapan Christopher Nolan yang berjudul “Inception”? Inception memang film yang brilian dan Christopher Nolan adalah sutradara jenius. Dua pernyataan itu memang tak bisa disangkal namun bukan berarti semua penonton Inception paham benar ide cerita yang ditawarkan sutradara ini. Walaupun Nolan sudah membuat tutorial di awal cerita namun konsep penyajian film ini sendiri kadang masih membingungkan buat beberapa penonton. Bagi yang sudah menyaksikan, apakah kalian mengalami kebingungan di akhir film? Di akhir film si Cobb (Leonardo Di Caprio) masih di dunia mimpi ataukah sudah bergabung bersama yang lain di dunia nyata? Nah loh...!

Bagi yang belum menyaksikan, yaa silakan nonton dengan memperhatikan setiap adegan, property serta alurnya. Bagi yang sudah menyaksikan, dan masih bingung, silakan nonton lagi (bajakan yo karepmu luweh) lalu perhatikan benar-benar scene-scene di awal sekali dan scene di menit-menit terakhir, serta scene-scene yang merupakan pergantian dunia mimpi. Wes? Durung? Hasyah...

Sebelum memasuki bahasan selanjutnya, ada baiknya kita lihat kembali konsep yang ditawarkan Nolan lewat Inception sebagai berikut:

Mimpi
Mimpi adalah ‘hasil karya’ alam bawah sadar manusia. Mimpi bukanlah sebuah kenyataan dan karena itu hal-hal yang tak mungkin terjadi di alam nyata seperti paradox tangga yang tak berujung bisa saja terjadi.

Mimpi memiliki sebuah dunia sendiri yang dibentuk oleh alam bawah sadar orang yang sedang bermimpi (Dreamer). Selain memungkinkan terjadinya hal-hal yang tak mungkin, alam mimpi juga tidak memiliki ujung yang jelas karena itu sering kali kita tidak tahu persis bagaimana kita bisa sampai pada situasi di alam mimpi tersebut.

Konsep waktu di alam mimpi
Berbeda dengan alam nyata, waktu di alam mimpi bergerak lebih cepat. Karena itu mimpi yang rasanya berjalan berjam-jam bisa saja hanya berlangsung dalam hitungan menit di alam nyata. Perbedaan tingkatan mimpi juga berpengaruh pada pergerakan waktu. Semakin dalam maka waktu akan bergerak semakin cepat.

Tingkatan mimpi
Seperti sebuah gedung, mimpi memiliki tingkatan. Bila alam nyata dianggap sebagai lantai pertama, maka alam mimpi adalah tingkatan lantai yang ada di bawahnya. Bagian paling bawah dari tingkatan ini disebut Limbo.

Limbo
Limbo bukanlah alam mimpi pribadi namun sebuah alam mimpi yang bisa didatangi oleh siapa saja. Di dalam Limbo tidak ada apa-apa kecuali apa yang telah dibangun oleh orang yang pernah masuk ke Limbo. Orang yang memasuki Limbo akan kehilangan kewarasan. Ia tak akan bisa membedakan antara alam nyata dan alam mimpi.

Mati/ Sakit
Bila orang yang bermimpi mati atau terbunuh di alam mimpi, maka secara otomatis ia akan terbangun karena mati adalah sebuah ‘keadaan’. Sebaliknya, bila orang yang bermimpi disakiti di alam mimpi maka rasa sakit ini akan ikut dirasakan oleh fisik orang tersebut karena rasa sakit adalah pengalaman psikologi bukan sebuah keadaan. Bekas luka tidak akan terbawa tapi rasa sakit akan tetap dirasakan.

Dalam kasus mimpi yang dipaksakan mencapai beberapa tingkatan dengan menggunakan bahan kimia maka tubuh di alam nyata akan tetap tertidur meskipun dreamer mati di alam mimpi. Ini menyebabkan orang yang mati di alam mimpi akan terlempar ke Limbo sampai batas waktu yang sangat panjang. Bila ia berada di dalam Limbo dan terbunuh di sini maka proses ini akan berputar kembali ke alam nyata.

Proyeksi
Orang yang sedang bermimpi (Dreamer) bisa membentuk proyeksi yang berbentuk orang-orang lain di alam mimpi tadi. Proyeksi ini bertugas seperti sel darah putih. Pada saat dreamer sadar kalau ia sedang berada di alam mimpi orang lain maka proyeksi ini mulai berlaku agresif dan mencari orang yang menjadi ‘tuan rumah’ dari mimpi ini dan berusaha menghancurkannya.

Dom Cobb adalah orang yang mampu membuat mimpi ini sebagai sebuah aktivitas kolektif. Ia bisa masuk ke alam mimpi orang lain atau membawa orang lain ke dalam alam mimpinya. Dibantu dengan timnya, Cobb mampu memanipulasi alam bawah sadar seseorang dengan masuk ke dalam mimpi orang tersebut, mirip dengan hipnotis.

Saat Cobb ditugaskan untuk menanamkan ide ke dalam pikiran Fischer, Cobb memerlukan beberapa orang untuk membantunya. Masing-masing orang ini memiliki tugas masing-masing.

Architect

Architect adalah orang yang bertugas merancang alam mimpi untuk digunakan bersama-sama. Architect bisa merancang alam ini sesuai keinginannya dengan syarat alam ini tidak boleh sama dengan alam nyata. Ini dimaksudkan untuk menghindari kebingungan membedakan antara alam nyata dan alam mimpi. Architect inilah yang menjadi pemandu di setiap level mimpi.

Point Man
Point Man bertugas mengumpulkan data tentang target.

Forger
Forger adalah orang yang mampu mengambil bentuk orang lain dengan maksud memanfaatkan bentuk ini untuk memanipulasi target.

Chemist
Chemist adalah orang yang bertugas membuat ramuan yang memungkinkan orang tertidur dan bermimpi hingga masuk ke level mimpi yang lebih dalam lagi.

Masing-masing anggota tim Cobb harus memiliki sebuah Totem yang berfungsi mengingatkan mereka pada saat mereka sedang berada di alam mimpi orang lain.

Totem
Totem adalah benda yang dibuat khusus oleh masing-masing tim Cobb. Hanya pemilik Totem yang tahu persis bentuk dan fungsi dari Totem ini. Bila Totem ini tidak berbentuk atau berfungsi seperti yang dirancang oleh pembuatnya maka bisa dipastikan ia sedang berada di alam mimpi orang lain.

Dreamer
Dreamer adalah ‘tuan rumah’ dari alam mimpi. Dalam kasus Cobb, tiap-tiap level memiliki dreamer sendiri karena pada saat ia menjadi tuan rumah di satu level maka secara otomatis ia tidak bisa ikut berada di mimpi berikutnya.

Subject/ Target

Subject atau target adalah orang yang dibawa masuk ke alam mimpi dengan maksud untuk dimanipulasi.

Kick
Untuk bisa terbangun dari satu level mimpi, maka diperlukan sebuah kejutan yang disebut Kick. Tiap level kick hanya akan membangunkan orang yang bermimpi ke level di atasnya. Kick yang terjadi di level pertama akan membawa dreamer ke alam nyata.

Misi Cobb dan timnya adalah menanamkan ide ke otak Fischer yang menjadi target mereka. Untuk menanamkan ide ke dalam pikiran Fischer, Cobb bermaksud membawa Fischer memasuki alam mimpi hingga beberapa lapis untuk mengelabui Fischer dan membuatnya yakin kalau ide yang ditanamkan ini adalah idenya sendiri.

Nah dalam “Inception” dijelaskan bahwa masing-masing orang yang bisa masuk ke dunia mimpi orang lain selalu mempunyai sebuah totem. Totem adalah piranti yang digunakan si empunya untuk mengetahui apakah dia masih di dunia mimpi ataukah sudah kembali ke dunia nyata. Masing-masing orang mempunyai totem yang berbeda. Di awal-awal film diperhatikan bahwa Cobb sering menggunakan sebuah gangsing (spin) untuk mengetahui dia berada di dunia mimpi ataukah nyata. Ketika gangsing diputar dan jatuh, artinya si Cobb sudah kembali ke dunia nyata. Demikian sebaliknya, ketika gangsing diputar dan terus berputar, artinya Cobb masih berada di dunia mimpi. Dari awal film hingga akhir kita diperlihatkan bahwa totem Cobb adalah gangsing tersebut yang sering dimainkannya untuk mengetahui di dunia mana dia berada. Disinilah kecerdasan Nolan selaku sutradara terbukti dengan berhasil meng-insepsi pikiran kita untuk mengikuti alur pikiran yang dikehendaki Nolan. Sehingga lalu kita berpikiran bahwa totem Cobb adalah gangsing. Dan SALAH!

Petunjuk pertama-nya adalah cincin kawin yang tersemat di jari manis kiri Cobb. Perhatikan selalu ketika alur cerita dan adegan berada di masing-masing dunianya. Hal yang sengaja dilakukan Nolan untuk memberikan pesan agar kita sebagai penonton tidak terpaku pada totem. Ketika Cobb berada di dunia mimpi, terlihat bahwa cincin kawin itu SELALU tersemat di jari manis kirinya. Lalu ketika Cobb di dunia nyata? Ahaa...cincin kawin itu tidak ada. Ah mosok? Jangan-jangan itu cuman blopper (adegan keliru/salah yang sering terjadi di film) biasa yang dilakukan tak sengaja oleh Nolan? Awalnya saya pun menduga demikian. Tapi kemudian dugaan saya sedikit demi sedikit patah ketika “blooper” itu selalu terjadi pada dunia yang semestinya, atau dalam kata lain ketika di dunia mimpi, cincinnya selalu ada, dan ketika di dunia nyata, cincin kawin Cobb tidak pernah ada (tidak pernah dikenakan). Dan semakin memperkuat ketika saya browsing internet dan mendapati beberapa screenshot yang menunjukkan bahwa totem Cobb bukanlah gangsing yang ternyata merupakan totem milik Mal (istri Cobb yang sering muncul di dunia mimpi Cobb sebagai akibat proyeksi kenangan yang dipancarkan alam bawah sadar Cobb), melainkan cincin kawin yang melingkar di jari manis kirinya.

Masih tidak percaya? Oke, sekarang kita akan masuk ke petunjuk kedua. Cobb di awal scene ketika pertemuannya dengan Ariadne (Ellen Page), menjelaskan bahwa ketika seseorang berada di dunia mimpi, dia tidak akan pernah bisa mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tidak akan pernah tahu awal mimpinya karena setiap mimpi selalu berada tepat di tengah adegan yang terjadi. Kemudian di dunia mimpi ada yang bernama dunia Limbo. Dunia limbo adalah dunia mimpi dimana seseorang berada di tingkatan mimpi akibat mati di mimpi-mimpi sebelumnya. Dalam dunia limbo, seseorang tidak akan bisa bergerak kemana-mana karena limbo ini ibarat tersesat di akhir mimpi yang tidak ada ujung pangkalnya. Kecuali dia bisa mengingat darimana dia awalnya maka dia bisa langsung kembali ke dunia nyata tanpa harus melewati tingkatan mimpi sebelumnya. Ini terjadi di scene akhir ketika Cobb bertemu dengan Saito (Ken Watanabe) di limbo yang dihuni Saito akibat mati kehabisan darah dimana dia tertembak di tingkatan 1 mimpinya, kemudian tersengal lalu mati di tingkat mimpi ketiga. Alhasil Saito pun terjebak di dunia limbo miliknya sendiri. Cobb yang mencari Saito di dunia limbo Saito akhirnya mendapati Saito yang telah menjadi tua. Namun dalam dialog mereka, diperlihatkan bahwa Saito bisa mengingat awal mimpinya dimana dia ingat bagaimana menjalani hidup di dunia limbo yang sendirian menanti ajal serta tentang perjanjian awal antara dia dan Cobb. Disini berarti Saito bisa menyadari bahwa dia berada di dunia Limbo. Darisini bisa ditarik kesimpulan bahwa jika Saito membuat mati dirinya sendiri maka seseorang di dunia Limbo bisa langsung kembali ke dunia nyata (di kabin pesawat).

Masih kurang percaya jika Cobb di akhir film sudah berada di dunia nyata? Oke sekarang kita masuk ke petunjuk ketiga. Perhatikan dua anak kecil yang merupakan anak dari Cobb dan Mal, yang sering muncul di adegan mimpi. Adegan dua anak itu selalu berawal dari berjongkok bersama membelakangi Cobb lalu berlanjut bangkit dan berjalan ke suatu tempat. Perhatikan juga pakaian, sepatu serta fisik kedua anak. Tapi berbeda ketika Cobb berada di dunia nyata di akhir film. Kedua anak itu menoleh dulu ke arah Cobb lalu berlari memeluk Cobb. Perhatikan dengan cermat sepatu dan pakaiannya yang berbeda dengan ketika berada di dunia mimpi. Hal lain yang tak kalah penting adalah ternyata fisik kedua anak yang berada di dunia nyata sedikit lebih tua, dan dalam pengambilan adegannya menggunakan pemain yang berbeda dengan ketika di dunia mimpi (lihat di credit title di akhir film). Artinya kedua anak di dunia mimpi Cobb hanyalah merupakan proyeksi dari alam bawah sadar Cobb terakhir mereka bersama sebelum kemudian berpindah hak asuh (dimulai dari ketika Mal dinyatakan tidak waras oleh 3 psikiater).

Apakah kalian masih bingung dengan Inception? Jika ya, maka saya sarankan kalian lihat totem kalian jangan-jangan justru kalian lah yang masih berada di dunia mimpi. Horotoyoh...!

sumber:

1 komentar:

Anonymous ngomeng

setuju..
gasing kan emang totem istrinya...
muternya itu karena kenyataan itulah yang ahirnya juga diharapkan Mal, istrinya. ahirnya juga goyang kok tu totem

Post a Comment

Bahwa kebebasan berbicara dan berkomen adalah hak setiap warga negara (yang diharapkan kewarasannya), maka diperbolehkan untuk membebaskan segala penulisan aksara dalam wujudan kritik, saran, opini dan segala umak umik yang merupakan ekspresi fakta. Silakan umak umik bebas!

Flag Translating

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Mereka adalah Sahabat