Friday, December 10, 2010

Senandung Rahasia Merdu

"....brrrl... mwwrr.... mwoo.... blllrrr..... swrrlll...."

Aku sama sekali tidak tahu apa yang dia katakan. Bahasa-bahasa aneh yang justru membuatku geli dan gemas padanya. Gumaman yang dicoba dijelaskannya demi untuk menunjukkan kedewasaannya yang semakin matang. Yap, setelah selapan (35 hari) itu telah berlalu dan 2 bulan yang tengah dia jelang, dia telah mengalami proses pematangan struktur tubuh, fisik, dan otaknya. Begitu cepat sepertinya waktu telah terpenggal sedemikian jauh.


Belum lama kemarin sepertinya dia baru saja lahir ke dunia. Lalu menghirup wewangian dunia. Menjelma dan menerima jati diri kodrati sebagai salah satu pewaris bumi. Kini diantara mungil tubuh dan deru nafas yang saling bertalu, dia kembali mencoba menunjukkan kemampuan hebatnya sebagai calon penerus generasi. Miring, tengkurap kemudian bergumam adalah hal-hal baru yang ingin ditunjukkannya kepada aku dan istriku. Meski aku sendiri belum mengerti apa yang dia gumamkan, tapi setidaknya aku memahami bahwa bocah mungil itu tengah mencoba memperkenalkan asupan eksplorasi barunya dengan cara-cara terhebatnya kepadaku. Juga istriku.


"...bleell.... mwaarrr... okuuu... buuu.... papapaa...."

Aku paham bahwa dia belum bisa sepenuhnya mencermati dengan seksama apa yang dilihatnya. Bahwa dia belum bisa mengenal satu persatu partikel suara yang dia dengar pun aku bisa paham. Semuanya ada waktu dan antrian tahapan yang tidak perlu dicekal gengsi. Karena dia adalah makhluk. Bukan sebentuk instanisasi kehidupan yang bisa segera dilahap, dikunyah lalu dibuang mentah-mentah. Dia adalah energi kehidupan yang tidak pernah henti-hentinya mendukung dan menyokong semangat serta harapan hidup dan kebertahananku dari gerusan jaman. Dia adalah partikel penyeimbang yang mampu meredamkan segala bentuk piramida emosi yang terbentuk sesaat di antara pondasi semangatku dan istriku.

"...swelell.... woolaaa... huuuoooaahh... hee..."

Aku tahu itu bukanlah gumaman tanpa arti, hanya saja baru dia yang memahami apa yang coba dia gumamkan. Lapar. Bahagia. Pipis. Maem. Itu semua hanya terkaan semata dari kami sang orangtua. Kesemuanya akan ada waktu dan tempatnya untuk menyatukannya dalam simfoni partikelisasi empat dimensi yang berharmoni.

Aku akan berikan waktu sepuasnya untuk mengayakan diri dengan aksara berbudi serta penyusunan partikel ideologi, logika serta nalar religi di setiap eksplorasinya. Ada masanya nanti bagi dia untuk lantang berteriak semangatkan cita-citanya. Akan ada waktu untuknya berkata dan berbicara tentang arti kehidupan yang kemudian dibagikannya bersama kami, orangtuanya dalam piramida keluarga yang tengah kami bangun. Menjadi manusia yang baik dengan meninggalkan hal, tingkah dan sikap yang kurang bahkan tidak baik, dan bergandeng beriringan bersama manusia-manusia lain di muka bumi ini.

0 komentar:

Post a Comment

Bahwa kebebasan berbicara dan berkomen adalah hak setiap warga negara (yang diharapkan kewarasannya), maka diperbolehkan untuk membebaskan segala penulisan aksara dalam wujudan kritik, saran, opini dan segala umak umik yang merupakan ekspresi fakta. Silakan umak umik bebas!

Flag Translating

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Mereka adalah Sahabat