“Gli Azzurri” balik kandang. Itulah yang dialami para pemain dari Italia. Skor 2-3 mengakhiri perjuangan “para skuadron pizza” di Stadion Ellis Park, seusai dihajar babak bundhas oleh Slovakia (negara yang ironisnya baru pertama kali masuk ke dalam kancah kurusetra persepakbolaan dunia). "A CASA CON VERGOGNA" yang berarti pulang dalam keadaan memalukan adalah judul headline di situs sebuah harian olahraga terbesar di Italia, La Gazzetta dello Sport. Negara yang pernah menyandang sebagai “Juara Bertahan Piala Dunia” itu pada akhirnya njepat dari Piala Dunia 2010 sebagai juru kunci tanpa gembok dengan rekor 2 kali seri dan 1 kali kalah.
Bosoknya permainan di babak pertama memang sudah mulai memoncrotkan tidak adanya harapan untuk (bahkan) nunut dengkul di klasemen 16 besar Piala Dunia. Di babak kedua, mereka berusaha untuk menjahit kesalahan di babak pertama dengan memompa kecepatan dan strategi. Tapi entah kenapa, sepertinya kaki-kaki para pegiat bola Italia itu seperti belum pernah dientup imunisasi polio. Bola yang digiring tapi ketika dieksekusi malah ngaceng ke luar sisi gawang.
Belum lagi ketika njedul aksi khas sepakbola Indonesia antara Quagliarella dan Mucha (kiper Selandia Anyar). Pada menit ke-81, dengan menciak bola bulat yang diselonjorkan oleh dengkul’e Quagliarella yang berhasil dijempalikkan Mucha, Di Natale berhasil mendeliverikan bola bulat seperti bakso pingpong yang sangat Melisa banget ke dalam gawang Slovakia. Quagliarella yang berusaha nyiak bola dari Mucha di dalam gawang disambut cipokan tangan kanan Mucha di wajah Quagliarella. Alhasil 2 kartu kuning dikadokan kepada mereka berdua.
Kontroversium belum selesai, pada menit ke-85 Quagliarella kembali menjebolkan gawang Italia tapi sepertinya hakim garis menilai sebagai offside (opset.jawa). Dan 3 menit sesudahnya, gol ketiga berhasil dilesakkan Slovakia lewat Kamil Kopunek. Menjadikan bencana beruntun untuk tim “Azzuri” di Afrika Selatan. Bek brutu serta penjaga gawang terlihat melempem saat Kamil mendeliverikan Jabulani ke gawang Italia. Bahkan si kiper terlihat jirih jijay bajay menerima bola.
Beruntung Italia lumayan bisa mempertipis ketertinggalannya dengan Slokavia ketika Quagliarella berhasil mblusukke si Jabulani ke dalam gawang Slovakia hingga menjadikan skor di masa penambahan waktu itu menjadi 2-3 untuk Italia. Tapi tetap saja sempritan peluit wasit akhirnya mengetok martil kegagalan Gli Azzuri untuk nunut dengkul di dalam klasemen 16 besar. Tangisan dan wajah cengeng para pemain Italia semakin mewarnai kekonyolan permainan para pizzaisme. Kukut gasik muleh kandang. Menemani para pegiat bola dari Negeri Eiffel yang terlebih dahulu balik kampung ke Perancis.
Dan sepertinya harapan besar masih dicantolkan persepakbolaan Eropa kepada para pegiat bola orange alias Belanda, para sopir Panzer aka Jerman serta legenda persepakbolaan Eropa yakni Inggris. Semoga mereka bisa setidaknya walopun belum tentu ho oh memperbaiki jahitan kumal yang membungkus citra persepakbolaan Eropa yang terlihat ndembik di Afrika Selatan.
Indonesia kapan? Tanyakan saja pada anunya Ariel yang bergoyang. @#$%&!?
0 komentar:
Post a Comment
Bahwa kebebasan berbicara dan berkomen adalah hak setiap warga negara (yang diharapkan kewarasannya), maka diperbolehkan untuk membebaskan segala penulisan aksara dalam wujudan kritik, saran, opini dan segala umak umik yang merupakan ekspresi fakta. Silakan umak umik bebas!