Friday, January 15, 2010

Senggama Malam

Tidak terasa malam semakin melarutkan mataku. Senyawa-senyawa dingin mulai menggerogoti setiap letup-letup pori-pori kulitku. Hingga tulang-tulangku pun berderak merintih. Jam di computer menunjuk-nunjuk bahwa waktu terus membelah malam. Tubuhku pun menggelayut layu ditimpa berbagai kerak-kerak serta puing nasib yang menderaku pelan.


Hari ini telah kuselesaikan separuh nasibku di muka monitor. Berharap membuat sebuah animasi interaktif yang coba aku pampangkan pada media flash. Wujud-wujud kerjaan yang belum kelar-kelar memaksaku menempelkan mereka semua di dinding flash. Meski takdir separuh baya kerjaan itu belum juga disetujui sang keberuntungan tapi setidaknya usahaku untuk menghimpit setiap tekanan yang menekanku telah usai aku laksanakan. Animasi, sebuah takdir atau sebuah garis nasib yang coba aku tetap susuri pelan namun dengan penuh kepastian. Keberuntungan yang saling tumpang tindih semoga bisa aku gapai meski sedikit tersengal.
Nasib memang sesuatu yang absurd, seabsurd keberuntungan yang terus meringkik. Kumatikan senyawa ion-ion monitor serta komputerku, lalu bergegas melenggang pelan menuju sepeda motorku. Akan keterobos malam ini dengan sedikit doa dan berbagai harapan. Semoga hari ke depan tidak ada lagi keabstrakan hari. Memeluk sekapuk bantal dan guling rasanya sudah cukup untuk menghempaskan sekujur lelahku di hari ini. Saatnya untuk nggletak dan temumplak mengkais-kais mimpi di penghujung subuh. Puasa bukan saatnya mengeluh!

0 komentar:

Post a Comment

Bahwa kebebasan berbicara dan berkomen adalah hak setiap warga negara (yang diharapkan kewarasannya), maka diperbolehkan untuk membebaskan segala penulisan aksara dalam wujudan kritik, saran, opini dan segala umak umik yang merupakan ekspresi fakta. Silakan umak umik bebas!

Flag Translating

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Mereka adalah Sahabat